InstaForex

Senin, 14 Mei 2012

3.4.Running Pig - Parabolic sar Dan Bollinger Band


Parabolic SAR
Pada tahun 1978 Dalam bukunya “New Concepts in Technical Trading”, J Welles Wilder memperkenalkan Parabolic SAR ( biasa disingkat penyebutannya hanya dengan SAR saja ) bersama dengan RSI sebagai salah satu indikator utama dalam bertrading. SAR sendiri merupakan kependekan dari Stop And Reverse yang kurang lebih diartikan sebagai indikator penentu titik Stop Loss dalam trading.

Dalam perkembangannya dikemudian hari, Parabolic SAR menjadi salah satu indikator efektif dalam menentukan kondisi market yang sedang trend (trending market) bersama dengan fasilitas yang bernama Trailing Distance yang banyak disediakan pada berbagai platform forex trading.
audusd_h4

 

Penggunaan Parabolic SAR

Kegunaan Parabolic SAR sama persis dengan Moving Average atau trend indicator lainnya. Hanya saja Wilder menciptakan indikator ini untuk mengeliminir kekurangan MA yaitu sifatnya yang membentuk kurva sehingga sering kali terjadi mis interpretasi. Dengan SAR yang berupa titik, trend naik atau turun menjadi kelihatan lebih pasti dan tidak lagi menimbulkan salah tafsir.

Pada SAR, ketika harga sedang dalam trend naik, maka titik SAR berada dibawah dari pergerakan harga. Sebaliknya ketika market sedang dalam trend turun maka titik SAR berada di atas dari pergerakan harga. Perhatikan gambar berikut:

Pada gambar diatas tampak titik SAR berada diatas bar yang menunjukkan bahwa harga sedang berada dalam trend turun.

Sekarang perhatikan gambar dibawah ini:
penjelasan_sar
Seperti telah disinggung diatas, kelebihan Parabolic SAR adalah tampilannya yang berupa titik sehingga dengan demikian memudahkan seseorang dalam membaca keadaan market. Trader cukup melihat dimanakah posisi titik SAR apakah dibawah atau diatas dari bar untuk mengetahui trend yang sedang terjadi.
Lebih dari itu, semakin jauh jarak antara titik SAR dengan harga tertinggi atau terrendah dari bar, itu menAndakan semakin kuat trend naik/turun yang terjadi.

Setelah Anda mengetahui bagaimana caranya membaca Parabolic SAR, Saya rasa kini menjadi lebih mudah untuk menggunakannya untuk melakukan aksi buy, sell atau hold. Perlu disampaikan disini, bahwa sangat disarankan untuk menggunakan SAR bersama indikator lainnya (Saya pribadi menyarankan menambahkannya dengan indikator yang bersifat oscillator seperti Stochastic atau RSI).

Ini disebabkan sama halnya dengan trend indicator lainnya, seringkali indikator jenis ini lamban dalam mengakomodasi perubahan harga. Demikian juga dengan SAR. Itu sebabnya disarankan untuk menambahkan oscillator yang cenderung lebih cepat sehingga keduanya dapat saling mengimbangi. SAR dapat mengurangi kecepatan Oscillator sedangkan Oscillator dapat berlaku sebaliknya.

Mari Kita perhatikan gambar berikut ini:
kombinasi

Pada area yang Saya lingkari dengan warna ungu merupakan titik konfirmasi kedua indikator menunjukkan arah yang sama. Stochastic memberikan sinyal bahwa harga sedang berada dalam trend naik dan titik SAR juga sedang berada dibawah yang artinya juga menunjukkan harga bergerak naik. Aksi buy dapat dilakukan dalam keadaan ini.

Lingkaran ungu kedua disebelah kanan juga menunjukan kasus yang sama namun lebih baik lagi hasilnya karena rupanya titik SAR dan Stochastic menunjukkan kondisi uptrend namun dalam keadaan dimana uptrend baru saja dimulai. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh bisa jauh lebih besar dibandingkan lingkaran ungu yang pertama.

Sederhana bukan? Anda dapat memadukan SAR dengan indikator-indikator lainnya seperti dengan MACD atau dengan RSI bergantung indikator mana yang terbaik dan cocok dengan gaya trading Anda sehari-hari. Harap diingat disini bahwa setiap trader memiliki indikator kesukaannya masing-masing.


Parabolic SAR dan Stop Loss

Nah Kita masuk dalam bahasan kegunaan SAR yang cukup unik disini. Bahkan hanya SAR yang memiliki kemampuan seperti ini yaitu kegunaan SAR sebagai penentu titik Stop Loss. Ingat bahwa SAR merupakan kependekan dari Stop and Reverse yang kurang lebih artinya berhenti lalu berbalik arah.

Titik SAR bukan saja dapat digunakan sebagai penentu up trend atau down trend. Begitu juga jarak antara titik SAR dengan harga terrendah atau tertinggi dari bar yang ada bukan hanya dapat digunakan sebagai penentu kuat lemahnya trend yang terjadi. Lebih dari itu, jika Anda adalah seorang trader dengan Stop Loss (sangat disarankan bertrading menggunakan Stop), maka kabar baiknya titik SAR dapat Anda gunakan sebabagi titik Stop Loss Anda.

Beberapa trader pemula kebanyakan sangat membenci fasilitas yang satu ini yaitu Stop Loss. Alasannya adalah karena jika mereka memasang Stop Loss maka kerap kali posisi mereka menyentuh titik Stop yang artinya adalah kerugian bagi mereka. Akhirnya mereka lebih memilih untuk membiarkan harga terfloating dengan santainya sambil menunggu “malam berakhir” dan “pagi bersinar” alias harga berbalik arah sehingga posisi negatif mereka berganti dengan positif.

Kabar buruknya bagi Anda yang bertrading dengan cara demikian adalah bahwa akan tiba masanya dimana mungkin malam tidak akan pernah berakhir dan pagi tak kunjung datang alias margin call terjadi. Ini bukan hanya satu dua kali Saya lihat, tetapi sebagian besar mereka yang bertrading tanpa adanya stop loss selalu berujung pada jurang yang sama. Sesuatu yang sudah Saya terangkan ribuan kali kepada setiap investor pemula yang herannya sangat jarang dipatuhi.

Ingat Saudaraku, Stop Loss ada bukan untuk membuat Anda merugi. Dia ada untuk membatasi kerugian Anda dan menjauhkan diri Anda dari mimpi buruk yang bernama margin call. Tentu Anda tidak ingin bukan bertrading hanya satu-dua kali lalu kemudian hancur lebur hanya karena adanya satu posisi yang salah. Tidak ada satu pun trader yang tidak pernah salah dalam menentukan posisi. Bahkan Saya yang menulis artikel ini pun kerap kali terperosok dikarenakan kesalahan posisi. Tidak masalah berapa kali Anda salah dalam menentukan posisi yang penting adalah secara agregat Anda tetap profit!

Nah mari Kita kembali pada bahasan SAR dan Stop Loss Kita. Sudah melenceng terlalu jauh ini…

Perhatikan gambar dibawah ini:
alt

Nah pada gambar di atas diperlihatkan bahwa ketika titik SAR berpindah dari di atas menuju ke bawah, maka itu adalah indikasi downtrend telah selesai dan dilanjutkan kembali dengan uptrend. Dalam kondisi demikian maka saatnya untuk melakukan aksi Buy. Namun seperti Kita pahami bersama bahwa bagaimana pun Kita tidak dapat memastikan 100% bahwa harga akan terus menerus naik. Dengan demikian Kita perlu menggunakan batasan Stop Loss (SL) dalam membuka posisi. Titik SAR yang paling bawah dapat Kita gunakan sebagai patokan tersebut.

Anda juga dapat menggunakan fasilitas SAR ini dengan memadukannya pada fasilitas trailing distance pada platform. Berbeda denga Stop Loss yang bersifat statis dan tidak dapat bergeser secara otomatis, trailing merupakan Stop Loss yang dinamis atau dapat bergerak mengikuti pergerakan harga.

Contohnya pada gambar diatas, apabila Anda membuka posisi Buy pada harga 1.9635 itu artinya terdapat jarak 44 point dengan titik Stop mula-mula Anda (1.9635 -1.9591). Itu artinya Anda dapat menentukan bahwa jarak Stop Anda tidak boleh lebih dari 44 point jika Anda menggunakan Traling Distance sebagai fasilitas Stop Anda. Jika suatu saat harga bergerak naik ke 1.9700 maka secara otomatis Stop Loss Anda akan bergeser ke 1.9656 alias tetap berjarak 44 point jika Anda menggunakan Stop Loss dengan model Trailing Distance.

Sebagian besar platform forex trading menyediakan fasilitas trailing ini kepada nasabahnya. Jika Anda adalah seorang SAR user, mungkin Anda perlu menggunakan fasilitas ini.
Pada platform GAIN Capital ( Forex.com ) juga terdapat fasilitas ini. Pada dasarnya membuka posisi dan menambahkan titik trail adalah salah satu langkah yang amat baik dalam menentukan kebijakan profit Kita. Dengan trail, Anda tidak perlu lagi menambahkan Limit sebagai batasan keuntungan Anda. Trailing dapat berguna sebagai Stop Loss dan juga Limit. Gambar dibawah ini adalah fasilitas trail pada platform forex.com:
alt
 


Pantangan pada Parabolic SAR

Kita sudah mempelajari berbagai aspek indikator ini. SAR sangat efektif digunakan dalam berbagai kondisi trending market. Namun ada saat dimana SAR menjadi tidak efektif dan tidak dapat digunakan sebagai indikator utama.
Kapankah itu?

Tepatnya saat market sedang bergerak dalam situasi sideways atau tidak adanya trend pergerakan harga. Kondisi sideways ditAndai dengan rapatnya jarak antara titik SAR dengan highest/lowest price yang ada. Kondisi sideways yang lebih buruk ditAndai dengan berpindah-pindahnya titik SAR diatas dan dibawah bar sehingga menyulitkan Kita dalam membuka posisi. Itu sebabnya mengapa dari awal Saya menyarankan menggunakan SAR beserta indikator lainnya sebagai penutup kekurangan SAR.
Perhatikan gambar berikut:
alt
Jikalau Anda menggunakan trend indikator berbentuk kurva seperti Moving Average maka akan nampak MA akan bergerak saling membelit diantara 2 periode yang berlainan. Begitu juga dengan Stochastic.

Situasi sideways ini biasanya terjadi ketika market sedang tutup atau para pelaku pasar sedang menunggu berita penting yang akan segera muncul. Pembukaan posisi memang disarankan untuk tidak dilakukan pada saat sideways. Kecuali Anda bersedia menunggu cukup lama dan mental yang cukup kuat melihat posisi terfloating begitu lama.

Nah, sampai disini bahasan Kita mengenai Parabolic SAR. Sekarang kita mempelajari indikator baru bernama Bollinger Bands.
 

Bollinger Bands
Diciptakan oleh John Bollinger pada awal 1980 an untuk membantu membandingkan volatilitas dan harga relatif dalam satu periode analisis. Bollinger bands sendiri sebenarnya terdiri atas tiga buah garis yang membentuk semacam sabuk pembatas terhadap pergerakan harga. Namun dalam penerapannya garis tengah Bollinger Bands seringkali tidak ditampilkan karena memang garis tengah tersebut hanyalah garis Moving Averages biasa. Perhatikan gambar berikut :
alt

Seperti telah diterangkan diatas, Bollinger Bands sendiri bentuknya menyerupai sabuk yang menjadi pembatas pergerakan harga. Apakah Anda menemukan sesuatu dari gambar diatas? Ya, apabila terjadi ketidak seimbangan antara demand dan supply, maka Bollinger Bands akan lebih melebar dibandingkan kondisi seimbang.

Sebagai contoh dari gambar di atas. Grafik merupakan tampilan GBPUSD 1h pada tanggal 2 Mei 2007. Nampak ketika terjadi kenaikan harga maka sabuk mengembang begitu rupa dibandingkan dengan keadaan pada saat tidak ada trend atau trend tidak cukup kuat. Bahkan pada saat tertentu sabuk menjadi begitu menyempit. Keadaan demikian boleh jadi akan menunjukkan dua kemungkinan. Pertama adalah dikarenakan memang transaksi sedang benar-benar sepi atau kedua adalah dikarenakan kebanyakan pelaku pasar sedang menunggu sebuah berita untuk melakukan aksi pembelian/ penjualan selanjutnya.

Sebagai volatility indicator, sebenarnya Bollinger Bands tidak dapat berdiri sendiri. Indikator ini biasanya digunakan hanya sebagai indikator awal untuk mengukur harga relatif dan volatility (volatile = mudah berubah – volatility = tingkat kecepatan dalam berubah). Bollinger Bands bukanlah indikator action, jadi memang disarankan jika menggunakan indikator satu ini, gunakan juga indikator lain sebelum mengambil keputusan untuk buy atau sell.

Karakter Bollinger Bands dan Penggunaan Bersama RSI

Setiap indikator tentulah punya karakter masing-masing. Begitu juga dengan indikator satu ini. Satu hal yang unik yang dimilikinya adalah Bollinger Bands memampukan tiap-tiap orang menginterpretasikan indikator ini dengan caranya masing-masing. Meski ada beberapa aturan baku dalam Bollinger Bands, tetapi bisa saja trader satu dengan trader lainnya memiliki cara yang berbeda dan penggunaan yang berbeda dalam memakai Bollinger Bands. Berikut adalah karakter umum yang berlaku pada Bollinger Bands:
 
  • Bollinger Bands adalah indikator awal yang tidak dapat dipakai sebagai indikator action.Harus diapakai bersama indikator lainnya. Tentukan salah satu indikator yang terbaik bagi Anda sebagai indikator action, namun jangan memakai indikator action lebih dari satu. Beberapa indikator action yang baik adalah RSI, Stochastic ataupun momentum. Terserah Anda.
  •  Pada umumnya harga akan bergerak dalam sabuk, namun demikian dapat juga harga bergerak diluar dari sabuk. Ini dapat berarti akan terjadi reversal atau malah sebaliknya penguatan trend yang sedang berlangsung. Untuk mengetahuinya Kita dapat melihat indikator action yang Kita pakai.
  •  Penentuan periode dalam Bollinger Bands juga berpengaruh disini. Semakin kecil periode yang dipakai maka lebar sabuk akan semakin kecil dan demikian sebaliknya.


Jika Bollinger Bands Kita gabungkan dengan RSI, demikian hasilnya:
  • Bila harga berada diluar upper band atau sama, sementara RSI masih berada dibawah zona overbought, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea overbought dan sedang meninggalkan area overbought, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan.
  •  Bila harga berada diluar lower band atau sama, sementara RSI masih berada dibawah zona oversold, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea oversold dan sedang meninggalkan area oversold, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan.
Nah, mari Kita lihat gambar berikut:
alt
Perhatikan area yang dilingkari dan besar smoothing RSI. Pada 1.1932, besar smoothing RSI adalah 39.9429 dan harga telah menembus upper band dua kali secara berturut-turut. Ini mengindikasikan bahwa akan terjadi penerusan trend yang baru saja dimulai. Dalam kenaikan harga, tercatat beberapa kali juga harga menembus upper band namun RSI belum juga meninggalkan overbought area. Ini berarti trend masih akan terus terjadi sampai RSI meninggalkan overbought area.
Sekarang bandingkan dengan gambar berikut ini:
alt

Pada area yang Saya lingkari smoothing RSI bernilai 31.7379 dan harga telah menembus lower band tiga kali dengan bullish candle. Dengan demikian diperkirakan akan terjadi pembalikan trend seperti terlihat pada candle berikutnya. Kenapa Saya dapat memberikan perkiraan bahwa akan terjadi pembalikan trend dari bearish menuju bullish? Itu karena selain indikator action Saya menunjukan harga telah meninggalkan oversold area dan mengarah menuju overbought area.

Dapat disimpulkan dari penggunaan contoh disini, sebenarnya pemaduan Bollinger Bands dengan indikator lainnya dapat Kita lakukan bila Kita memahami penggunaan indikator lain tersebut dengan benar. Penggunaan indikator yang tepat akan menghasilkan keputusan yang saling menguatkan dan menunjang sehingga diperoleh berbagai keuntungan. Semakin Kita memahami penggunaan indikator action maka semakin besar kesempatan Kita memanfaatkan Bollinger Bands sebagai volatilitiy indicator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar